Selasa, 31 Juli 2012

...

Aku takut pada setiap keraguan Ibu disaat aku meminta sesuatu padanya.
Sebab ragu Ibu itu ada diantara apakah Tuhan tidak menyetujui dalam doanya atau Ibu takut Tuhan tidak akan mengijinkan.

Minggu, 29 Juli 2012

#CerpenPeterpan


Satu ( hati ) yang sedang Jatuh Cinta.

Artatia sedang tak mau begitu saja melepaskan lengkungan senyumannya sambil memeluk boneka Teddy Bear berwarna merah muda. Sesekali dia terbahak dalam kamarnya yang sunyi itu. Sebenarnya semua benda-benda dikamarnya sudah bergunjing membicarakan kelakukannya akhir-akhir ini. Bersila di atas tempat tidur, memeluk Teddy Bear, memandangi layar Smartphone nya lalu mulai memasang senyum yang akan lenyap saat dia terlelap itu. Bahkan ketika tawa lepasnya itu bergaung, lemari baju, folder, kaca, parfume bahkan keset kaki kamar mandinya seolah ingin tau apa yang sebenarnya membuat Gadis yang memang doyan tertawa itu terlihat lepas. Ada yang berbeda dengan tawanya. Ada yang berbeda dengan caranya memulai senyuman. Seolah semburat jingga senja oleh Tuhan dipindah tangankan ke kedua pipinya itu.
            Bukan. Mereka bergunjing bukan karena terganggu dan iri. Mereka hanya penasaran dengan cara Artatia menyulap temaram kamar menjadi seperti ada banyak bintang dan bulan tertempel di langit-langit kamar. Mereka ingin tau, sebenarnya mantra apa yang tertera di layar benda kotak ditangan Artatia sampai senyumnya hanya mau dia lepaskan ketika lelap itu.
            Sebagian orang di dunia mungkin paham, mantra apa yang tertera di layar beberapa inchi itu. Beberapa orang mungkin maklum, dan bahkan mahfum lalu ikut tersenyum dengan alasan Artatia. Yah. Benda-benda itu tentu saja tak tau, mereka tak akan pernah merasakan mantra itu seumur hidupnya di dunia ini.
            Artatia berdiri, mengambil Headset nya.
            “ Kalau sudah seperti itu, sebentar lagi dia tertidur, senyumnya tenggelam, lalu cahaya lampu meredup sendiri dan sunyi kembali bernyanyi dikamar ini”
            Lagu yang sama. Penghantar tidurnya. Lagu lama yang belakangan muncul di layar smartphonenya, lagu yang membiusnya lewat kabel kasat mata yang diujungnya terduduk lelaki dengan gitarnya melantunkan lagu ini sesuai permintaannya.
Bagai bunga harum nafasmu yang kurasa
Santun warna yang beri kesejukan
Hilangkan rasa gelap
Tepat di kata gelap. Lampu meredup sendiri, sunyi merambat, senyumannya lenyap. Artatia sudah terlelap.
“ GAZZY KAMU BILANG, YA?? Oh my God, I’m Shock !”
“ Kamu nggak sendirian terkejut seperti ini, Nin.” Artatia tersenyum lalu menepuk pundak Nindy yang masih belum mampu mengusir ekspresi terkejutnya itu.
Artatia tersenyum sekali lagi. Ya. Gazzy yang—kata sebagian besar temannya begitu pendiam—Gazzy yang tidak meninggalkan satu beritapun untuknya. Sejak awal dia merasa ada yang berdenting di debarnya setiap berkelebat bayangan lelaki itu, Dia sudah ingin mencari tahu banyak sekali hal tentang Gazzy. Tapi semuanya dihentikan. Dia ingin, menerima Gazzy seperti yg dia tahu. Dia ingin jika itu hal yang tidak baik, itu dia dengar sendiri dari Gazzy, bukan orang lain.
Dia sudah tau semua orang akan terkejut. Bukan. Meskipun bukan Gazzy, tetapi banyak sahabatnya yang paham sekali kekerasan hatinya dan keangkuhan dia dalam menerima perhatian lelaki selama ini pasti akan terkejut jika akhirnya dia menjatuhkan pilihannya pada seorang lelaki. Dan itu Gazzy. Terkejut pangkat dua.
Artatia yang sebenarnya telah lama mengenal Gazzy. Telah lama pikirannya itu tercetak tentang Gazzy yang santun, pendiam, pintar dan murah senyum itu. Tapi tak pernah terkirim ke perasaannya . Sungguh. Hanya tercetak dipikiran, tertinggal disana, terbingkai dan terpajang begitu saja, tak pernah dia kirim ke hati.

Bagai sirna semua kata yang tak terungkap
Segala rasa yang tak pernah bicara
Tak pernah tak terucap
Tetapi kesengajaan Tuhan yang—sering lebih senang diartikan takdir oleh orang-orang—itu mempertemukan Artatia dan Gazzy sekali lagi. Kali ini, Tuhan seperti menjawab setiap doa mereka. Setiap sujud mereka Tuhan mendekatkan sehelai cinta hingga akhirnya jarak itu menjadi sedekat doa itu sendiri.
Artatia telah menetapkan. Dia tidak ingin menyebut itu kapan, yang jelas pernah ada hari dimana dia bersyukur sekali dipertemukan dengan Gazzy lagi dan ada hari dimana segala kebahagiaan dimulai dari suara Gazzy diujung sambungan telfon.
Semenjak hari itu dia memutuskan, kepada Gazzylah dia memulangkan segalanya. Hatinya, resahnya, keluhnya, sanjungnya, khawatirnya, tawanya, cemberutnya, tangisnya, dan kepercayaannya. Segalanya.
Satu hati yang kuberi cinta kuberi rasa
Kuberikan sanjungan
Tuk saling cinta saling menjaga
Tuk saling menyatukan
“ Dia terbangun. Ah. Aku benar-benar penasaran sebenarnya apa yang dia lihat dilayar kecil itu ? Lihat. Matanya belum membuka sempurna, tapi pipinya sudah bersemi lagi. Ah. Senyumannya itu, sebentar lagi cahaya akan berpendar dikamar ini. Membaur bersama silau matahari. Hei, kalian penasaran juga kan yang dilihatnya itu apa?”
Artatia meletakkan Smartphone nya, Bangkit, terduduk lalu merentangkan tangannya, menghela udara pagi yang masuk melalui celah ventilasi kecil diatas kusen jendela kamarnya, lalu masih tersenyum dia berdiri menuju kamar mandi.
Kaca diatas lemari mungilnya itu bergeser, dia ingin memantulkan yang ada dilayar Smartphone milik Artatia yang masih menyala.
Ada foto lelaki berukuran kecil di pojok kiri layar, sedang tersenyum, disampingnya tertulis Gazzy. Lalu dibawahnya, didalam kotak buble ada sebuah tulisan :
Buka matamu yang bersinar itu, gelap akan lenyap, sayang. Aku Mencintaimu, Tia.


* posting dua cerita dibawahnya. sambil belajar :)

#CerpenPeterpan


                   Satu (satunya) hati yang kuberi segalanya.

                Pramoedya mengerjap, telisik sinar yang melewati celah kecil dicendela yang tak tertutup horden itu menyentuh kulit diatas matanya, panas, silau sekali. Dia bergerak sedikit, mencoba membuka mata sepenuhnya, sekelilingnya masih samar lalu pelan-pelan dilihatnya disebelah gulingnya tak adalagi seorang wanita yang semalam juga berbaring disana. Dia menghembus nafas, lalu menghempas tubuhnya pelan ke ranjang, matanya memandang berkeliling ke langit-langit kamar, dengan sekali tarikan nafas dia bangkit terduduk.
            Setelah  Mengecek beberapa email pekerjaan yang masuk. Lalu dia meletakkan tabletnya dan meraih smartphone nya dan tersenyum menatap wallpaper yang terpampang disana. Wanita itu. Yang semalam berbaring disampingnya dan pagi saat membuka mata sudah tak ada dan sengaja tak membuka horden karena tau sinar matahari akan mengganggunya yang sedang kelelahan pulang lembur semalam.
            Senyum wanita ini, Quesha. Tuhan Maha melukis keindahan pada senyuman wanita ini. Tuhan Maha Baik dengan memberikan kekuatan pada sempilan rusuk lemah seperti Quesha dengan senyumnya yang dapat mengalahkan segalanya.
            Dia ingat sekali bagaimana dia pertamakali merasakan ada kekuatan dalam senyuman Quesha. Dia ingat. Tak akan pernah dilupakannya.
            Bagaimana Quesha setelah berteriak “ POLISI..! POLISI..!!” lalu berlutut kalah menahan airmata dengan senyumannya itu sambil memangku tubuh Pramoedya yang remuk sesaat setelah 5 orang pria bertubuh besar dengan otot-otot dan rupa menyeramkan menginjak, menendang, memukul dan hendak menghabisinya di belakang gang sempit kos Quesha.
            “ Berhentilah. Aku yakin kau pun tau semua orang akan mati. Dan aku tau kau akan pulih setelah besok kau pergi ke Dokter. Tapi tahukah kau, hatiku tidak bisa pulih lebih cepat dari luka disekujur tubuhmu ini? Teruslah hidup seperti ini jika kau sudah memberitahuku kemana aku bisa mendapatkan penyembuh luka dihati yang cepat. Kau dengar aku kan, Pram? “
            Quesha marah, tapi tersenyum. Dia menangis, tapi tersenyum. Dan itu senyum yang tulus. Bukan pura-pura untuk menutupi amarah dan kesedihannya. Tapi dia memang ingin tersenyum, melihat Pramoedya masih membuka mata dan bernafas meski tersengal.
            Saat itu benar-benar pertama kalinya Pram mendengar Quensha berbicara di depannya. Sebelumnya dia hanya mengenal Quesha lewat matanya yang diam-diam melirik ketika wanita itu tengah duduk diteras kosnya saat dia sedang pulang dari pemenuhan kebutuhannya itu. Sebenarnya Pramoedya terkejut, darimana Quesha tahu namanya saat itu.
            Pramoedya, dalam pandangannya yang samar seperti melihat ada cahaya berpendar di sekitar wajah ayu Quesha. Dia merasakan sekali tetesan airmata di luka robeknya yang menganga kecil itu. Perih, tapi dia merasa ada rasa nyaman yang seperti membebaskannya dari segala perih yang terbiasa dirasakannya itu.
            Pramoedya menarik nafas. Masalalu. Dia sebenarnya sudah membungkusnya lalu menaruhnya dalam semacam kotak dan sudah dibuangnya jauh-jauh. Tetapi setiap menatap foto Quesha disaat dia sedang sepi, serta merta seluruhnya kembali seperti tombol rewind ditekan oleh Tuhan. Mengembalikan masalalunya pelan-pelan dalam ingatannya.
            Kehilangan keluarga sedari kecil membuatnya tak mengerti jalan yang sebenarnya harus diambilnya yg mana. Dia hanya tau cara mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi metropolitan seperti menunjukkannya kebutuhan yang lebih dari yang seharusnya sudah puas dia dapat. Kebutuhan itu menuntutnya memiliki banyak sekali uang. Dan dia hanya mengenal cara yang dia lihat sewaktu masih gamang dijalanan sendirian.
            Parasnya yang tumbuh tampan itu membuatnya menarik dimata wanita kesepian yang hanya diselimuti uang oleh para suami. Tubuh nya itu bahkan menarik suami-suami yang bosan dengan para wanita.
            Drugs. Bukankan hal seperti ini tidak perlu dijelaskan. Drugs itu kebutuhannya. Dan dia demi mendapatkannya sengaja mencari uang dari pelukan wanita atau pria-pria berdasi yang pengawalnya seram sekali itu.
            Quesha. Selama ini dia duduk di teras melihat Pramoedya pulang sempoyongan membawa sesuatu digenggamannya. Kadang Pramoedya terlihat berjalan gagah, kadang terhuyung, sesekali memar-memar. Wanita itu, entah kenapa menyukai duduk diteras memandangi lelaki yang samar wajahnya karena gelap malam itu.
            Mungkin mereka tidak tahu, diatas sana Tuhan sedang tersenyum membiarkan keterbiasaan seperti itu membuat mereka harus menyadari kesengajaan yang sudah lama direncakan Tuhan untuk mereka. Tuhan hanya ingin tahu, bagaimana Pramoedya belajar di kegelapan dan tersenyum bahagia memuji Nama-Nya saat tiba ditempat yang penuh cahaya yaitu rumah dengan segala senyuman Quesha menyebar disudut-sudutnya.
            Tidak mudah lari dari kegelapan, apalagi mencoba berjalan tertatih keluar dari dalam nya, Ketika berhasil keluar, dari segala sudut ancaman itu menyelidik menguntit setiap langkah Pramoedya bahkan Quesha. Pramoedya melihat bagaimana Quesha pulang dari masjid dengan mukenanya dan alqur’an dilengannya. Senyumnya yang seperti menerangi langkah kakinya dalam jalan sempit yang gelap menuju kos nya itu. Pramoedya melihat dunia yang berbeda antara dia dan Quesha. Pramoedya merasakan nafas yang berbeda, nafas yang terbiasa menegak minuman keras dan nafas yang terbiasa melafalkan berulang-ulang firman Tuhan saat dulu Quesha menolongnya.
            Tetapi membiarkan wanita seperti Quesha terluka hanya karena tidak kuat melihatnya tak bisa keluar dari kegelapan, jika itu harus melompat dan terjatuh terkantuk batu berulang sampai matipun, jika itu harus menghabisi semua ancaman yang membuntutinya dan Quesha,  akan Pramoedya lakukan demi keluar dari kegelapan dan menemui Quesha lagi dalam keadaan lebih baik. Keadaan yang membuat Quesha lega dan nyaman.
            “ Hai, Ayah sudah bangun. Sarapan, sayang.”
            Pramoedya tersenyum, mendekati wanita yang meninggalkannya bangun duluan demi menyiapkan sarapan untuknya dan  anaknya yang sedang duduk menonton TV. Dia mencium kening Quesha.
            “ Akbar, pencet angka 6 sayang. Ada kartun favorit kamu disana”  Quesha hanya khawatir karena dia melihat anak pertamanya itu sedang disuguhi infotaiment di dalam layar. Belakangan tayangan TV perlu sekali diawasi untuk anak seusia Akbar. Dia hanya tidak ingin Akbar terputar rewind masa kelam ayahnya dulu lewat tayangan TV.
            “ Kakak, coba kesini ayah mau lihat gantengnya hari ini.”
            Pelan, mengalun lagu peterpan diiringi berita terbebasnya vokalis nya dari jeruji besi itu.
Bagai bunga harum nafasmu yang kurasa
Santun warna yang beri kesejukan
Hilangkan rasa gelap
Bagai sirna semua kata yang tak terungkap
Segala rasa yang tak pernah bicara
Tak pernah tak terucap
Satu hati yang kuberi cinta kuberi rasa
Kuberikan sanjungan
Tuk saling cinta saling menjaga
Tuk saling menyatukan
            Akbar berlari memeluk ayahnya, Quesha tersenyum dan hatinya mengumam syukur. Lagu lawas itu masih mengalun menggaung diseisi rumah. Menyetop rewind ingatan masalalu Pramoedya akan kegelapan yang telah menghadiahinya satu hati yang akan dia jaga selamanya, Quesha.

Kamis, 19 Juli 2012

jika itu nanti bukan kamu, aku takut.

Sepi dan sunyi mengenalkan aku pada satu ketakutan baru. Aku takut jika itu nanti bukan kamu.

Yang aku kenal tentang takut adalah debar yang tak sanggup kuatur yang berlari-lari hingga ke kepalaku lalu serta merta merusak segala yang baik-baik dan nyaman disekujur tubuh.

Gelisah, resah dan terdiam adalah yang sanggup aku lakukan ketika ketakutan -yang kukenal dulu- menyerangku. berteriak? Tidak. Itu hanya kulakukan ketika terkejut. Beda dengan takut.

Kemudian kau ada. lalu aku tiba-tiba bertemu ketakutan baru dalam setiap sunyi yang mengunjungi sepiku. mereka yang selalu duduk didepanku membicarakan kamu, lalu mengenalkanku pada satu ketakutan yang bahkan kalah dalam sujud lalu menguap menjadi bulir airmata itu.

Aku takut jika itu nanti bukan kamu. Yang berakhir dengan mengucap janji kepada Tuhan untuk menjagaku sampai mati, didepan ratusan senyuman itu.

aku takut jika nanti bukan kamu. yang mengecewakanku. yang meminta maaf dengan manis padaku. yang menyakitiku. yang membuatku menangis. yang terpaksa berbohong demi tawaku. yang melarangku dan memarahiku. yang membantuku berdiri saat aku terjerembab. yang berdiri dengan tersenyum menghapus air mata lalu memelukku. yang berbisik lirih mengatakan segalanya akan selalu baik-baik saja. yang selalu mendentingkan jantungku dengan ucapan sayang itu.

aku takut semua kebiasaan itu nanti harus kuubah menjadi bukan kamu.

ketakutan yang ini pedangnya tajam sekali. sedikit saja tergores di pikiran, segalanya sobek. hatiku. perasaanku. lalu semua kantung air mata terkoyak.

dan aku. masih. belum tau bagaimana mengatasi ini selain dengan doa.

Aku tidak tau, apa semua orang punya ketakutan yang sama denganku?



Kamis, 12 Juli 2012

...

jika sampai tiba dimana kita harus berjalan masing-masing dan tak lagi ada kata saling dalam hidup kita, dan aku ternyata tak pernah mengerti cara ikhlas, aku ingin saat itu aku ingat bagaimana caranya lupa setiap detik. tapi jangan sekarang. jangan besok. jangan juga lusa. jangan juga seterusnya. kumohon jangan,Tuhan...

...

kelak, ketika kita menyadari nama kita tak saling tertulis di lauful mahfudz-Nya, aku ingin itu ketika aku telah menguasai benar bagaimana itu ikhlas yang tanpa perlu airmata disetiap habis sujud lalu mengingatmu.

...

aku tau, akan ada hari dimana perpisahan itu akan nyata adanya. maka itu, sembari belajar bersyukur memilikimu akupun belajar ikhlas merelakanmu.

Rabu, 11 Juli 2012

Mushaf


Disana, Allah berfirman. 

Rosulullah menyampaikan.

Umat-Nya terdahulu menuliskannya. 

dan sekarang aku membaca sembari berusaha memahami.

dan dengan Ketenangan dan cahaya dari lantunannyalah aku ingin berjalan selurus dan searah yang tertulis didalamnya.



Selasa, 10 Juli 2012

Karis.

selain Zarry Hendrik. jagad tulisan juga punya salah satu duta LDR paling pintar dalam bertutur di tulisan, Kharisma P. Lanang :)
sebagai seorang lelaki dan sebagai pelaku LDR karis bisa menjadi panutan.
cara dia memperlakukan wanitanya dalam tulisannya itu sangat manis.
cara dia memperlakukan kata dalam sebuah kalimat itu lebih manis lagi.
dan cara dia menghargai keluarganya diantara kata dan wanitanya itu sederhana dan menyentuh sekali.

aku kehabisan kata atau bisa kusebut saja, aku takut terlalu banyak mengambil deretan huruf yang menjadi tidak berguna dan tak manis dalam kalimatku padahal aku ingin menyuplik beberapa kalimat manis dari seorang Karis.

jadi langsung saja aku ingin menuliskan beberapa kalimat manis itu dalam satu page bersama kalimatku. rasanya bahagia sekali :)

 Ia Bersyukur memiliki aku. Aku bersyukur, memiliki hati yang sanggup bersyukur.

aku percaya. dengan cara yang entah, Tuhan selalu memberikan yang Lebih baik.

aku tak ingin kehilangan seseorang yang tak ingin kehilangan aku

aku membutuhkan dia yang juga membutuhkan aku

entah bagaimana mulanya, tetapi aku yakin. cinta akan kembali pada hati yang baik.

aku percaya Tuhan menciptakan senyuman ibu dari bahan yang sama dengan langit

Tuhan, jika aku salah dalam mencintainya, hukum aku dan aku akan belajar. asal jangan karena aku, dia kemudian merasa bersalah padaMu

aku jadi tulang rusukmu, kau jadi tulang punggungku. janji ya, kita selalu bersama sampai tinggal tulang belulang .

jika suatu saat perpisahan terjadi, aku ingin ingat caranya lupa. tapi jangan hari ini, maupun esok hari dan seterusnya, jangan.

cinta itu baik. mencintai itu dua yang saling memperbaiki.

aku berpikir lalu aku menulis. aku menulis agar kamu membaca lalu ikut berpikir.

Tanpamu, aku yakin dunia tetap akan baik-baik saja. tetapi aku tetap tidak suka.

kau terlalu jauh dari sorot mataku. tetapi aku mengingatmu dalam setiap kedipannya.

aku mendoakanmu, kau mendoakanku. lihat bagaimana kita menghirup cinta dengan cara yang sederhana.

tentu saja kau sanggup melakukan apapun dibelakang mataku, tetapi ingatlah, dibalik langit selalu ada MATA yang sanggup menjangkau segalanya.

Ibu, ialah bentuk lain dari matahari terbit yang tak pernah terbenam.

karena sejauh apapun kamu, sejauh apapun aku, doa selalu sanggup menjadi lengan bagi dua yang saling mempertahankan.

Ketika kita saling cinta, sebenarnya ada yang cinta aku dan ada yang cinta kamu.tetapi apa boleh buat, mereka bukan urusan kita.

sebenarnya kamu tak pernah sejauh itu dariku. jantungku mengenalmu sebagai debarnya.

kau kuletakkan dikedalaman hati yang paling dalam. suatu tempat yang hanya sanggup dijangkau oleh mata Tuhan.

secemberut-cemberutnya aku, aku tetap akan bahagia jika yang membuatku cemberut itu kamu.

antara dua sosok yang sedang berjauhan dan saling mendoakan, selalu ada pelangi ditengah-tengahnya.

entahlah, semua berjalan begitu cepat. kau hadir, lalu kebahagiaan terjadi begitu saja.

" Aku bahagia dengamu, karena... " ah! aku berubah pikiran ! " Aku bahagia denganmu, meskipun..."

aku menulis untuk berbicara dan aku membaca untuk mendengar

kau pernah begitu jujur padaku sampai aku cemberut. kau juga pernah berbohong padaku sampai aku tersenyum- tetapi cemberutpun aku sudah bahagia, asal karenamu.

Tuhan menulis dan aku membaca. Engkau, tertulis dan aku merasa.

dipuisiku sendiri aku sering melihat kamu, dipuisi orang lain aku sering melihat aku.

selama kau simpan aku didalam hati, aku tak pernah peduli kepada siapa matamu memandang.

seperti tinta hitam didalam sebuah puisi diputihnya kertas, hitammu adalah bagian dari keseluruhanmu yang juga harus kurasa.

sebelum sejauh bintang, kita pernah sejauh nadi.

kita dipertemukan. bukan kau yang menemukanku atau aku yang menemukanmu.

ada sosok paras lain yang tampan. tetapi aku tak cinta. seperti aku melihat makanan lezat yang tak pernah ingin kumakan.

tetaplah denganku agar aku tetap memiliki sesuatu untuk kutulis. kamu.

mungkin alasan sebenarnya diciptakan jarak dan waktu adalah agar engkau dan aku mengenal benar apa itu rindu.

menuliskanmu adalah yang sanggup kulakukan. apabila menulis diudara adalah hal yang sanggup kulakukan, maka nafasku ini adalah engkau.

ketika menuliskanmu, seringkali aku merasa engkau sedang duduk disampingku.

diluar kuasaku tentang jodoh atau tidak, engkaulah rasa yang akan kupertahankan.

cintai aku didalam doamu. karena aku yakin, hanya didalam sanalah engkau tak pernah mampu berbohong.

untukmu aku akan menjadi diriku sendiri ! aku tak ingin ada orang lain didalam diriku yang asing dipikiranmu.

bahkan tidak sengaja bertemu denganmu adalah sesuatu yang disengaja Tuhan. resapilah! betapa semua ini telah direncanakan.

kau pernah kutulis. aku pernah kau tulis. diluar semua itu, resapilah bahwa kita pernah tertulis.

mungkin alasan lain dari Tuhan menciptakan telinga adalah agar aku bisa mendengar kamu mengucapkan AKU MENCINTAIMU dari bibirmu.

ini bukan tentang apa yang aku temukan dan apa yang telah kau temukan. ini semua tentang kita yang dipertemukan.

aku selalu mengatakan " AMIN " ketika kau mengatakan " aku sayang kamu" ditelingaku dan menuliskannya dilayarku.

kata-kata manis itu hanya akan sampai ditelingaku. tetapi perlakuan manis akan langsung sampai ke hatiku.

aku tak ingin meluangkan waktuku dengan selain kamu. seperti aku tidak ingin membuang waktuku didunia ini dengan yang tidak-tidak.
diluar tentang apa kelebihan dan kekuranganmu, aku selalu merasa kau ' cukup' untukku.
itulah kau, segala detak didada, segala harapan bahagia dalam doa-doa.
jika suatu saat kau menyakitiku, aku akan tetap bersyukur. karena itu kau yang melakukannya.
Tuhan, tuntunlah hidupnya, arahkanlah ke hidupku.
simpan aku, disuatu tempat dihidupmu, tempat yang selalu kau gunakan untuk berdoa itu.
dibalik apakah kata-kata itu puitis atau tidak, kata-kata yang jujur selalu adalah yang paling tinggi derajatnya.
kau boleh saja menyakitiku nanti, itu jika kau benar-benar berniat nanti, tapi aku ragu, apakah Tuhan mengizinkan.
aku suka jika kau percaya padaku, tetapi aku lebih suka jika kau percaya pada dirimu sendiri dengan ada aku didalamnya.
dengan doa, kau bisa memeluk tanpa menjulurkan lenganmu, Tuhan yang akan menyampaikannya.
menghianatimu hanya akan membuat malaikat mencatat kelakuanku dengan wajah merengut.
meski tulisanku sudah sering kau baca, akan ada hari dimana tulisanku itu akan tertulis dihidupmu.
Tuhan, masukkan aku dalam rencanaMu sebagai suatu rencana indah untuk hidupnya.
aku mencintaimu dengan semua yang sudah ada didalam dirimu dan dengan semua yang belum ada di dalam dirimu.
mungkin aku cukup senang jika aku ada didalam mimpimu, tetapi aku akan lebih senang jika aku adalah impianmu.
aku suka belajar dari keberhasilan orang lain, tetapi aku lebih sering bejalar dari kegagalanku sendiri.
diluar sudah mendung. entah maksudnya langit ikut membaca tulisan ini apa bukan, tapi aku akan senang menambahkannya lagi dilain waktu.
atau bisa dikunjungi sendiri dalam lautan kalimat sederhana karis di tumblr nya.






...

aku ingin menjadi alasan yang sanggup menggugurkan alasan lain yang nyaris membuatmu ingin mengeluhi detik saat itu. 

Jumat, 06 Juli 2012

Gurun dan Jalan

Kau, nanti jangan jadi Gurun pasir untukku.

aku tak mau jadi musafir yang mesti menjadikanmu perjalananku.
aku tak mau bulir-bulir pasirmu itu mengusik pandanganku pada tujuanku.
aku tak mau saat aku mulai dehidrasi diparjalananku dikamu,kau menunjukkan fatamorgana oase padaku.
menyejukkan dan menghapus dahaga ku, tapi itu hanya sesaat saja.
setelah aku semakin sampai pada tujuanku dan semakin terasa jauh darimu,
aku mati ditengahmu karena dehidrasi yang hanya kau obati dengan fatamorganamu.

sebab aku ingin menjadikanmu seperti jalan dengan pohon-pohon besar disepanjangmu,
yang meneduhku ketika lelah, yang pucuk-pucuk daunnya menyimpan embun setiap pagi untuk ku teguk ketika haus.
yang disaat malam daunnya menjalin menyelimuti dinginku.
yang ketika daunnya berguguran rantingnya masih sanggup melindungi silau mataku dari ledekan mentari.
yang akarnya sanggup memelukku erat ketika badai datang menghempas.

sebab semua itu akan menjadikan perjalanan yang membuatku enggan untuk segera kembali pulang.