Sabtu, 24 Maret 2012


" aku bukan meminta pada Tuhan untuk dikagumi banyak orang karena indahku.
aku memang berusaha menjadi yang terindah.
tapi itu, hanya untuk kamu "

Bung, hati-hatilah :))

Aku sungguh bukan little angel yang kamu rindukan setiap malam itu.
tapi lihatlah, aku memang tak ingin sekedar menjadi little bagimu.
i'm yours, bung. Aku tidak akan menjadi kecil bagimu.
Aku ingin memenuhimu. maka, tak masalah kamu tak menyebutku little angelmu.
because i'm your ANGEL :))


Aku jelas sekali bukan monyet yang sangat kamu kangeni itu
Nanti, ketika kamu sudah melihat aku dan kamu sudah mengenaliku.
Aku yakin, kamu akan menemukan bekas-bekas lukaku dipunggung.
Ya, Aku sengaja mematahkan seluruh sayapku agar tak kembali ke kahyangan lagi.
Aku ingin disampingmu. Disekitarmu. Dibumimu.
Maka itu, Aku memaklumi kamu tidak akan memanggilku monyet jika kamu kangen Aku.
Aku kangen kamu, bidadariku. seperti itulah kalimatmu nanti :))


Aku sudah pasti bukan tiga huruf yang kau tulis besar besar dijeda dengan titik itu.
Namaku tidak akan pernah kamu singkat dengan cara seperti itu.
Kelak, ketika takdir sudah memasangkan Aku dirusukmu yang hilang itu
Saat kamu tersempurna oleh hadirku, saat itu Aku yakin sekali
kamu tidak akan menulis singkatan namaku dengan abjad-abjad awalku saja.
tapi kamu akan menulis namamu, dengan tanda petik dan diikuti huruf S dibelakangnya.dengan cara seperti itulah kamu akan menuliskan namaku.maka Aku sungguh tak iri sedikitpun saat kamu menulis tiga huruf besar-besar dengan titik titik itu.
sungguh. Aku yakin cara yang lebih manis akan kau lakukan padaku :))


Aku memang bukan seseorang yang kamu tulis : miss you bodoh  diikuti tanda-tanda seru penegas kerinduanmu itu.
meskipun mungkin aku bodoh, bung. Aku tentu tak ingin terlihat bodoh didepanmu.
Aku akan belajar menjadi pintar untukmu. agar Aku tak membuatmu garuk-garuk kepala karena bodohku.
agar Aku bisa memuatmu mengelus kepalaku karena bangga dengan kepintaranku.
jadi nanti, kelak ketika kamu memang rindu Aku, dengan penuh kebanggaan kamu pasti akan menulis:
kamu pandai sekali membuatku merindukanmu, manis :))


Aku juga bukanlah seseorang yang kamu sapa dengan panggilan sayang dari bahasa kota yang mereka sebut-sebut paling romantis itu.
Aku benci kota itu. Tidak. Bukan seperti itu. Aku tidak terlalu menyukai kota itu.
Jika kamu kelak mengajakku kesana, kamu akan menemukanku dalam keadaan tak tersenyum. Sungguh.
Jadi karena Aku tak suka kota itu, Akupun tak keberatan kamu menyapanya dengan bahasa itu.
Karena dihidup kita sekarang ini, bung. Sadarilah. kata sapaan paling mengesankan sungguh hanyalah
istriku, sayang :))
Nanti setiap kamu ingin menyapaku dimanapun itu, kamu pasti akan mengucapkan itu padaku.


Dan lihatlah, betapa Aku punya keyakinan yang amat congkak bahwa setiap huruf yang Aku ketikkan ini
para Malaikat mengamininya. Hati-hatilah, bung.Lawanmu adalah para Malaikat.


                       

Kamis, 22 Maret 2012

Priska

Fajar bahkan masih malas keluar. Pucuk-pucuk daun bahkan belum dihampiri embun. Ayam jantan masih nyaman diperaduannya dengan si betinanya. Dan para alim belum ada yang bangkit mengambil wudhu untuk mengadu diatas sajadah padaNya. Tapi saat itu, aku sudah harus memaksa mata yang masih manja ini untuk terbuka. Aku dengan perintah sebagian indraku meraih ponsel yang terus berdenging bising. Entahlah, padahal biasanya seolah telinga ini mati rasa saja, level tertinggi volume benda kotak online ini tidak akan pernah sanggup membangunkanku bahkan, jika itu didekat telingaku. dan sekarang Aku terbangun? ini kenapa?

" Sakit sayang...sakiit sekali.."

Aku bahkan belum selesai menyeleseikan kalimat sapaanku padanya. Sebenarnya Aku juga belum sempurna terbangun. Tubuhku masih memeluk boneka pemberian Gadis dan Bintang setahun yang lalu itu. Tapi dalam ketidaksempurnaanku itu aku yakin sekali telingaku sempurna mendengar nada begitu terluka dari seretan kalimat dalam isakan itu.

" Aku tidak meminta dilahirkan sebagai anak tunggal. Sungguh. sekalipun aku tidak pernah protes ke Mama kenapa Aku harus hidup dalam sebuah perceraian. Sayang, ini sakit sekalii...bagaimana Aku harus menyalahkan Tuhan hanya karena aku ditakdirkanya sebagai anak tunggal? bagaimana bisa Bagas membuat semua ini menjadi alasan dia boleh mengkahiri hubungan kami? Sayang, ini sakiit.."

Dan kalimat repetisi terbata yang diucapakanya itu sempurna membangkitkanku.Lalu dengan sugesti apa Aku terduduk sambil meremas-remas kepala boneka pink yang ada dipelukku itu. Sahabatku itu, dia sedang sangat terluka sekali.

"Baru kemarin sayang, baru kemarin kami selesai merajut janji-janji masa depan. baru semalam Aku membuatkanya makan malam seperti biasanya. Mengobrol. Tak ada yang berbeda.Sungguh. Tak secuilpun keganjilan ada malam itu.Kebahagian kami masih utuh seperti hari-hari biasanya. Lalu, semua berubah begitu saja sejak dia berpamitan. Ya Tuhan, dia tidak berani mengatakanya saat kebahagiaan masih menyelimuti suasana makan kami...Dia menghujamkan belati itu hanya berselang dari Aku menelfon Mama. dia melakukanya sayang. Belati itu, dia hujamkan pelan sekali tepat dijantungku. Tidak merobeknya tapi air mataku yang terkoyak. Seketika meledak semua kebahagian yang kami kumpulkan dulu sayang. Dan belatinya itu adalah Aku yang seorang anak tunggal..."

"... Ya Tuhan, ingin sekali Aku marah saat itu padaMu. Tapi Aku tidak berani. Ingin sekali Aku bertanya banyak pada Bagas.tapi mulutku sayang, seperti hilang. Aku hanya mengeluarkan air mata. suaraku hilang. Jantungku berlarian dan terasa sakit sekali..."

Dan kini, jantungkupun demikian. berdetak terlalu cepat dan ngilu. Aku terengah-engah padahal dari tadi hanya duduk memeluk boneka dan memegang ponsel. Hatiku lelah sekali mendengar segala kalimat Priska. 

Ya Tuhan, Aku ingin memeluk sahabatku itu sekarang. Aku ingin berada disampingnya sekarang. Disana dia tak punya sandaran. Sungguh dia hanya sendirian disana sekarang, menangis mengaduh hanya padaMu. Dia menghapus airmatanya sendirian dengan tangan mungilnya itu. Tak ada senyuman untuk menguatkanya. Tak ada. Sungguh. Sekuatnya Aku berusaha untuk tak terdengar terisak. Malam ini cukup dia saja yang boleh terisak sampai seperti itu. Tidak dengan Aku. Aku harus menguatkannya.

"Aku harus bagaimana sayang? bagaimana? kamu tahu sekali Aku mencintainya. Kamu tahu sekali kami hampir menikah. Semuanya telah siap begitu dekat. Ya Tuhan, bagaimana bisa kini Aku hidup membenci sesuatu yang masih Aku cintai? Aku benci sekali cara dia melakukan ini. Aku benci sekali alasan dia. dia jahat sekali, jahat! tapi bagaimana Aku ini? Aku masih menuntut banyak penjelasan. Aku menagih banyak sekali jawaban yang lebih nyata tentang alasan semuanya harus diakhiri. Aku melakukanya dengan jelas. Terlalu terang dimatanya Aku masih mencintainya. Aku sungguh baru terbiasa hidup dengan cintanya. Dan sekarang Aku harus membencinya seperti ini, Aku kalah..."

Kini bagianku. Aku tak tau harus mulai dari mana. Sedikitpun Aku tak punya pengalaman tentang hal seperti ini. Aku ingin sekali bertanya kenapa harus kepada Aku dia mengadu. Diantara sekian banyak sahabat kami. hingga Aku terkatuk pada kenyataan bahwa hanya Aku yang tahu tentang hubungan mereka. Ya Tuhan, iya. Hanya Aku yang tahu awal tumbuhnya rasa cinta yang buru-buru tertanam begitu mengakar pada hati Priska. Dan sekarang hanya Aku juga yang tau tercabutnya segala rasa itu. Begitu saja. Dalam semalam.

"Aku tidak berangkat bekerja sayang. Semua rekan mengenali jenis hubungan kami seperti apa. Mataku terlalu mencolok untuk terlihat dikantor pagi nanti. Aku menangis belum berenti hingga kalimat ini. Aku sungguh tak tau cara menghadapinya pagi nanti."

Aku ingin sekali menyalahkan sahabatku ini. Sejak awal, ku ulang-ulangi mengingatkanya agar tak memelihara cinta seperti ini. Sejak awal Aku sudah tak nyaman dengan awal tumbuhnya cinta ini, Aku yang tak menjalaninya meragu sekali dengan kecepatan tertanamnya rasa itu.

Aku saat itu jujur ingin sekali membentaknya, berteriak " Jangan jatuh cinta padanya!" tapi, hatinya kecil sekali. Hatinya itu rapuh sekali. Dan Bagas menyembuhkanya begitu cepat. Memenuhinya hingga tak bersisa celah lagi. Aku yang berada ribuan kilometer darinya jelas tak bisa mencegah semua dengan berteriak dari ujung sambungan telfon saja.Hingga Aku pasrah pada cerita-cerita bahagia yang selalu dibaginya padaku. Aku berdamai dengan janji masa depan yang begitu manis mereka rajut bersama-sama.

Tapi semuanya kini bagai elpiji yang tak tersulut apa-apa, meledak begitu saja melukai pemiliknya dan menyisakan puing-puing serpihan kebahagiaan disekitar hidupnya. 

"Katakan aku harus bagaimana sayang? Bagaimana caraku menegurnya nanti, bagaimana caraku harus membiasakan diri dengan dia dihadapanku dengan hati tak berisi Aku lagi, dengan mata yang tak ada bayanganku lagi? bagaimana Aku bisa menghadapinya dengan mataku yang masih kentara sekali mencampur cinta dan benci? bagaimana ini...?"

"Berhentilah...berhentilah bercerita. bagaimana bisa aku mengambil porsiku untuk menjalaskan bagaimana seharusnya kamu?!aku tau. tidak perlu begitu panjang kamu menjalaskan. lukamu jelas sekali kamu bagi lewat suaramu itu.Berhentilah membuat dirimu sendiri terpuruk dengan kalimat-kalimatmu itu!"

Apapun yang menguasaiku, demi Tuhan, Aku sepertinya jahat sekali dengan kalimatku tadi. Aku sudah tak tahan. Daritadi Aku ingin menyuruhnya diam tanpa membentak. Kalimatnya itu justru semakin membuat lukanya semakin terkoyak menganga.

"Aku tak bermaksud membentakmu. Berhentilah takut padanya. Kamu tak salah maka, Kamu tak seharusnya takut. Sungguh, sedikitpun jangan pernah menghindarinya. Dia pikir dia siapa terlihat begitu hebat membuatmu takut menemuinya. Hadapilah dia! perlihatkan kamu tak sedikitpun berhasil dibuatnya menyesal menjadi seorang anak tunggal.Demi Mamamu Priska. berusahalah berhenti lemah didepan orang yang melemahkan lututmu dengan bisikan-bisikan cintanya dulu. Demi mereka yang menghadirkan segala cinta tak bersyarat apa-apa padamu Priska, berdirilah pagi nanti! tataplah matanya, lalu, secepat yang kamu mampu ukir saja senyuman terlukamu tepat dikanvas yang ada dimatanya. Biarkan dia mengerti bahwa dia pernah terlalu terburu-buru menjanjikanmu masa depan."

Isakanya terhenti. apapun yang dipikirkanya saat ini, nyatanya Aku memang hanya sebatas itu mampu menjanjikanya sebagai pendengar yang patuh dan Aku berusaha mengambil porsi sahabat memberinya solusi dengan kemampuan sedebuku.

"Iya. Aku mau tegar. Aku mau berdiri lagi. Tapi bayangan wajahnya itu. Kejam sekali. Serta merta melumpuhkan segalanya. astagaa...demi Mamaku Tuhan, Aku ingin melawan semuanya. Demi semua yang masih menginginka Aku kuat, Aku akan menemuinya besok dan bersikap biasa padanya."

"Aku tau. Aku percaya. Aku, sepertinya punya keyakinan cukup bahwa kamu akan mampu"


Udara dia dataran tinggi pada pagi hari memang selalu meminta pasangan serasi secangkir teh manis hangat. Ah, Aku bahkan belum terbiasa dengan sentuhan-sentuhan dingin yang lembut sekalipun dikulitku. Aku masih manja dengan selimut dan bonekaku. Mencarikan pasangan udara dingin ini, masih membutuhkan beberapa bujukan dari luar pintu kamar yang biasa mengetuk menyuruh bangun.

Kebiasaan seperti ini selalu berisi dengan menghidupkan gadget-gadget yang berserakan di bed. Lalu mulai mengecek segala notifikasi di sosial media, sms, dan telfon-telfon yang mungkin masuk saat Aku terlelap semalam.

- sayang, aku kecelakaan. tenang saja, tidak parah. sungguh. aku tidak mencelakakan diri. Bagas sedang merawatku sekarang. dia tak sengaja menemukanku diantara kerumunan orang tadi pagi-

Darah itu memanas begitu cepat dan seolah meluncur deras sekali memenuhi segala organ yang membutuhkanya. Tapi jantungku terkesiap begitu saja. Tanganku seakan rapuh sekali tak mampu memegang ponsel, hingga terjatuh begitu saja diatas perutku. Itulah temanku. Priska. Aku bisa apalagi.



Minggu, 18 Maret 2012

Rindu

yang menggerak jemariku kali ini adalah rasa rindu yang amat berat yang telah menyesaki pembuluh darahku. yaa, rindu pada bapak dan ibu yang sangat, membuatku menarikan lagi jemariku.
rasanya masih terasa sekali dilidah ini, bagaimana rasa masakan yang beliau buat dengan omelan-omelan setiap pagi untuk datang membantunya, untuk tak kembali tidur setelah sholat subuh, untuk tak bersantai di pagi hari, untuk melakukan aktifitas apapun yang berguna dipagi hari.

aaahhh... iya, kami sekeluarga sering sekali menggerutu dalam hati. aku bahkan berani menebak, bapak juga menggerutu tentang kecerewetan ibu setiap pagi, tentang kebiasaan ibu mengulang-ulang perintahnya sampai kami mengerjakan apa yang dia minta.
berisik sekali rumah kami setiap pagi. suara pengajian dari radio yang didengarkan bapak, suara berita di televisi, suara minyak panas yang dimasuki calon lauk pauk kami oleh ibu, suara lagu-lagu dari kamarku dan suara perintah- perintah dan omelan ibu.
tapi bagaimana kami bisa memungkirinya, itulah yang membuat kami selalu ingin ada dirumah.

bapak, nyatanya sejauh apapun itu selama masih hitungan beberapa jam, dia tak akan mau menginap dihotel untuk  sebuah acara yang seharusnya dia menginap. dia memilih pulang, melepaskan lelahnya dijalan seharian hanya untuk mendengar suara ibu.
adikku, sesebal apapun dia karena menjadi orang yang paling sering diomeli, tapi dia tak pernah sekalipun mendiamkan ibu. dia bisa saja marah pada kami, bahkan pada ibu, kesal, sebal, tapi tetap saja dia mengajak ibu berbicara dan teteap saja dia mengerjakan yang ibu minta.

aku, bagaimanapun sekarang jauh sekali memanjangkan tanganku untuk menyentuh pipi keriputnya itu.
aku rindu sekali dibangunkan untuk membantunya barang mengupas bawang untuknya. aku rindu sekali diberi pilihan mencuci piring atau menyiram bunga olehnya. aku rindu sekali dimintanya mengantar beberapa makanan untuk para tetangga dekat rumah. aku rindu sekali bagaimana rasanya sentuhan-sentuhan jemari kasarnya yang dikepalaku. aku rindu sekali padamu ibu.

tulisan ini dibuat karena seorang teman yang mengirimi pesan, bapak baru saja merequest lagu campursari kesayanganya, cinta tak terpisahkan. dan seperti biasanya, bapak meninggalkan acara sesaat sebelum lagunya akan diputar.

bapak. lihatlah, laki-laki paruh baya yang selalu merepet sana sini saat mencari sesuatu yang menurutnya hilang, padahal menurut aku dan ibu pasti dia hanya lupa menaruhnya. lihatlah bapak, yang selalu tidak suka ibu membersihkan meja kerjanya. yang selalu tidak suka barang-barangnya dipindah tanpa ijinnya karena dia takut akan merepet memarahi semua orang karena mengira barangnya dihilangkan.

laki-laki yang semasa kecilnya kenyang makan nasi dan garam saja itu, tak sekalipun dia membalas semua keluhanku yang kuhujankan padanya tiap hari dengan keputus asaan. lihatlah, aku mengeluh kecapean, aku menguluh pulang malam karena lembur, aku mengeluh banyak tugas menumpuk, lihatlah jawaban bapak yang selalu sama "istirahat yang cukup anakku, makan yang banyak, buah dan sayurnya. obat jangan lupa dimakan, jaga kondisi kamu selama jauh dari rumah. kesehatan kamu yang utama.oke, ya?" astaga, aku menangis saat menuliskan ini. aku tak pernah lelahnya mengeluh, dan selalu itu jawaban bapak untuk semua keluhanku. apapun. dengan jawaban selalu sama.

aku rindu nonton bola bareng bapak, aku rindu perdebatan pagi hari tentang score bola semalam, tentang jalannya pertandingan GP semalam, aku rindu membicarakan politik didepan televisi bersama bapak. aku rindu membahas masa depan di teras rumah sambil menunggu pedagang makanan lewat bersama bapak, aku rindu buku-buku yang selalu disuruh bapak untuk dibaca, aku rindu membahas tentang isu-isu agama yang sedang dibicarakan banyak orang, aku rindu bapak.
SUNSHINE BECOMES YOU.

Illana tan, ahli sekali dia memainkan drama dalam bentuk abjad. sungguh. membaca buku ini membuat kita serasa menjadi Mia Clarck, sang tokoh utama.

novel ini masih mengisahkan tentang cinta. cinta segitiga yang melibatkan kakak beradik Alex Hirano dan Ray Hirano. Illana lagi-lagi memilih karakter asia. dan jepang nampaknya membuat Illana jatuh cinta hingga kembali memilih tokoh-tokohnya sebagai keturunan jepang. sayang, hingga akhir cerita Illana tak menjelaskan apakah Mia Clark itu Blasteran Amerika-Jepang ataukah seperti tokoh-tokoh dalam bukunya sebelum ini, blasteran Indonesia-jepang. tetapi itu tidak akan menganggu kita untuk menikmati alur mendebarkan yang berhasil dicipta illana.

Alex Hirano. tokoh utama novel ini punya karakter yang dingin sekali, tegas, berpendirian amat teguh, tak mudah diprovokasi. pekerjaan sebagai pianis terkenal didunia pintar sekali dipilih illana agar cocok dengan karakter dingin alex. dan Ray Hirano, berbeda sekali dengan Alex, dia pribadi yang cenderung humble dan santai. tapi sikap santainya ini yang justru membuatnya kehilangan Mia Clarck, gadis yang dicintainya. saking santainya Ray lupa bahwa Mia belum jadi miliknya dan Mia masih mungkin mencintai orang lain dan Ray lupa bahwa Alex yang sudah diperkenalkanya dengan Mia mungkin punya kesempatan yang sama denganya untuk dicintai Mia Clarck.

Mia Clarck. penari terbaik lulusan Juliard itu mencoba digambarkan Illana sebagai gadis yang gara- gara penyakit yang diidapnya terpaksa merubah segala sifat asli dan cita-citanya. dia memilih menyembunyikan sakitnya dari semua orang yang begitu mengagumi bakatnya. dia menahan semua perasaan terhadap laki-laki karena menyadari tak akan mempu memberi harapan masa depan yang baik, meskipun klasik dengan alasan penyakit mematikan, illana tetap berhasil membuat ini tidak membosankan dan terlihat biasa, klise dan tertebak endingnya.

bagaimana perubahan karakter Alex Hirano dan Mia Clarck ketika saling jatuh cinta sungguh berhasil digambarkan Illana dengan baik. bagaimana Alex yang kaku, dingin dan tak ingin tau tentang Mia Clarck menjadi uring-uringan saat Mia Clarck mengacuhkanya. bagaimana Alex menjadi orang yang amat khawatir dan cemas ketika tau penyakit Mia.
Mia yang diam-diam kepayahan menolak semua rasa yang nyata sekali terang benderang dia sadar dia jatuh cinta pada pianis kasar dan angkuh Alex Hirano.

karakter khas Illana, sad ending. dan itulah yang terjadi pada novel ini.
tetapi keseluruhan, bagi pecinta novel romantis dengan bahasa ringan yang mengalir sekali dan membuat kita berdebar sepanjang membacanya, novel baru ini recomended :)))

3 detik

kamu. lagi-lagi menawan jantungku. saat aku sedang sengaja mengerjaimu lagi dengan kalimat yang-aku tau sekali-kamu akan benci dan kesal. ya, aku tau sekali kamu pasti akan kesal dengan kalimatku ini. karena kamu membuatku cepat sekali menghafalimu.

kenapa aku melakukan ini? jelas aku ketagihan rengekan manjamu itu. itu harapanku. kalimatku ini akan membuatmu merengek manja sekali. sudah kubayangkan, kamu akan mencampur amarahmu dengan suara manja dan sedikit tonjokan lemahmu dibahuku.

tapi semua ternyata diluar kuasaku.

dalam kepura-puraanku fokus ke layar monitor aku sengaja mencuri lihat dari bayanganmu yang tertangkap pantulan layarku, samar tapi kulihat kau berdiri dari dudukmu dan berjalan menuju aku sambil memamerkan kemanjaan suaramu itu. kamu tau, aku bisa sangat merasakan saat kamu berada tepat dibelakangku. mungkin sekitar sejengkal jarakmu dengan punggungku, leherku sudah bergidik tak terkira tersentuh aroma tubuhmu itu. dan tanpa persiapan apapun, kamu mendaratkan keempat jarimu keleher bagian depanku dan menautkan kedua jempolmu dibelakangnya. kamu mencekikku. hanya 3 detik. dan itu telah mampu membuat jantungku terpompa seperti hendak meledak.jelas saja aku terengah-engah. astaga itu hanya 3 detik. tapi payah sekali aku berusaha mengatur nafasku agar kamu yang masih dibelakangku tak merasakan aku setengah mati kesusahan mengembalikan jantungku agar normal kembali.

kamu tau. aku berharap sekali, tadi tiba-tiba kesepuluh jarimu itu terpeleset hingga ke dadaku, ya, sampai kedua lenganmu menguasai leherku, lalu dengan sedikit menolehkan wajah kesamping dapat kujumpai wajah mu yang manja itu sedang memamerkan senyum terindahmu itu. tapi, dicekik olehmu selama 3 detik saja aku sudah kesusahan menguasai diri, bagaimana jika kamu memelukku. aku takut mati. mati didepanmu dengan jantung yang meledak.ya, terhadapmu aku memang selalu menjadi lelaki lemah.

Sabtu, 17 Maret 2012

draft untuk kamu

aku sakit. sungguh. kali ini tidak kusengaja agar kamu mengibaiku.  kali ini tidak kubuat seperti rengekan kepadamu. Aku merintih karena memang aku kesakitan. bukan aku ingin pamer manja didepanmu. sungguh. perih sekali. bukan. bukan perasaanku. ini sungguh Badanku yang sakit.

tak bisakah, untuk hal yang sungguh- sungguh kurasakan kamu sedikit peduli?
tak bisakah kamu, meminjamkan matamu yang penuh pengharapan itu untukku?
tak bisakah kamu, memberikan kedua tanganmu untuk merengkuhku dalam kehangatan duniamu?
tak bisakah kamu, menyempatkan waktumu diantara repalan namanya di doamu untuk mendoakan aku juga agar aku lekas sembuh?
tak bisakah kamu, mencuri sedikit saja celah diantara semua cemasmu untuknya untuk sekedar mengirim pesan padaku, bertanya apakah aku baik-baik saja setelah merintih didepanmu tadi?
tak bisakah, kamu mengerti semua pintaku ini tanpa aku harus mengirimkan ini kepadamu?
tanpa aku harus menunjukkan pada orang lain seperti ini lalu mereka akan memberitahumu, bahwa aku kesakitan sekali, bahwa aku butuh sekali sekedar nafasmu didekatku.

kamu yang selalu membuatku menjadi bodoh didepanmu, aku sakit ... jenguklah aku, laki-laki keras kepala ! jenguklah aku walau hanya nafasmu saja yang datang!
" Kamu adalah Milik-Nya yang akan segera menjadi pemilikku dan aku akan adil membagi diri sebagai milik-Nya dan milikmu "

" ini memang bukan salah kamu.
gentayangan dihidupku karena sayapmu diambil oleh Tuhan.
ini salahku. nekat menyebut namamu dalam doaku akhir- akhir ini "

Rabu, 07 Maret 2012

oleh karena aku meletakkan segalanya PADAMU maka aku tak harus menyelimutkan gulana dalam    hariku
Kamu adalah kamu yang membuatku meledak memuntahkan abjad-abjad. bukan mengutukimu. tapi mensyukuri diperkenalkan denganmu.

Selasa, 06 Maret 2012

kamu dalam dunia diskripsi kataku

aku sedang berada di area teraman dan ternyaman ku. banyak sekali kata yang menjalari aliran darahku sampai gampang sekali membuat jari-jariku menekan tuts keyboard. Mendiskripsikanmu.
betapa kamu itu pintar sekali menyembunyikan sayap kamu itu didepanku saat bertemu pertama kali dulu. sungguh. demi apa aku dulu sesumbar tidak mungkin tertarik padamu. aku begitu sombongnya percaya tidak akan sedikitpun menyukai gadis usia canggung yang terlihat kekanak-kanakan didepanku.sepertimu.
dan sekarang ini, lihatlah aku ini. runtuhlah semua kesombonganku.kau, serta merta sudah meledakkan semua rasaku. astagaa, lihatlah, hanya karena kamu.
betapa menyiksanya mengingat suaramu itu. sungguh tidak merdu. sedikitpun. bahkan, kicauan burung murai kepunyaan ayahku jauh lebih merdu dari suaramu itu. tapi, aku tak pernah sampai merinding mendengar kicauan merdu burung mahal itu. aku selalu bergidik setiap kau bersuara didepanku, bahkan mengingatnya saja membuatku lupa, aku punya senyum yg harus kutahan saat didepanmu.
bagaimana bisa suara berisikmu itu terdengar amat manja dan menggoda sekali ditelingaku, cepat sekali menyentuh saraf-sarafku, cepat sekali merubah seluruh pendirianku, untuk mengibaimu, untuk menatapmu, untuk tersenyum padamu.
aku selalu bisa membayangkan bagaimana bentuk matamu yang lucu saat terbelalak ketika aku sengaja iseng mengerjaimu dengan mengagetkanmu. kenapa kamu harus sekaget itu menjadi orang, aku seolah bisa melihat jantungmu yang manis itu meloncat dari dadamu dan tersenyum manis sekali padaku.
melihat reaksi kagetmu yang begitu lucu selalu menggelisahkan malamku. setiap malam aku selalu berfikir lama sekali mencari ide-ide lain untuk mengerjaimu esok hari. agar kau tidak cepat hafal dengan keisenganku. agar kau tetap selalu kaget setiap aku iseng mengerjaimu. tapi, ya Tuhan... kamu tak cepat belajar. dengan cara yang sama pun kamu selalu kaget. kamu selalu pamer mata indahmu saat terbelalak. kamu selalu pamer raut terkesiap manjamu itu didepanku. lemas sekali aku menghadapi ekspresi menggemaskanmu itu.
saat aku menuduhmu kekanak-kanakan dulu,banyak sekali yang membelamu. banyak sekali yang mengatakan kamu itu  mandiri, kamu itu wanita dewasa bukan seorang gadis usia canggung yang seperti pikiranku. betapa semua membanggakanmu. 
sekarang ini, apa yang sedang kau rencanakan aku tak tau. kau berubah begitu manja sekali dimataku. didepanku rengekan-rengekanmu itu sungguh tajam sekali mengiris seluruh  pertahanan keibaanku. aku bisa melihat kemandirian dari setiap lakumu, tapi bagaimana bisa diriku dipenuhi oleh sikap manjamu itu. dan bagaimana bisa aku yang tak menyukai sikap manja itu menjadi ketagihan memancing kemanjaanmu itu?
betapa aku mendengar banyak sekali yang mengatakan kamu itu pintar. betapa kamu termasuk golongan manusia berIQ tinggi. ya, sekali-kali aku bisa melihat itu dari caramu bertutur, aku bisa merasakan dari caramu menyikapi sesuatu. tapi, lihatlah, kenapa aku lebih sering kau pamerkan kebodohan dan segala kecerobohanmu itu. 
kau tau, aku dulu benci sekali dengan orang yang bodoh dan ceroboh. tapi bagaimana bisa, aku malah tersenyum bahagia sekali setiap selesai memarahi kebodohanmu, bagaimana mungkin kamu membuatku melukis senyuman setiap kamu berbuat ceroboh. aku masih bisa membenci itu ketika orang lain yang melakukanya, tapi ketika itu kamu, alam ini seakan berbalik, aku menyukai kebodohan dan kecerobohan yang kau cipta begitu manis. ahhh, suara minta maafmu saat berbuat ceroboh itu sungguh melumpuhkan sekali.
dan senjata mematikan yang kamu punya, aku yakin sekali tak ada lelaki yang sanggup berbohong pada dirinya bahwa mereka mengakui kamu punya senyuman yang mampu meluruhkan hati siapapun. siapapun. senyumanmu itu. sungguh . Tuhan Maha melukis keindahan dalam senyumanmu, sungguh Tuhan baik sekali memberimu kekuatan lewat senyuman itu. manis sekali sampai aku takut mati terkena penyakit gula darah terlalu sering melihatmu tersenyum.
bahkan, betapa kejamnya kamu. diam mu itu juga mampu membunuhku. terkungkung dalam kesunyian yang kau ciptakan itu sungguh membekap mulutku. sampai aku kesulitan bernafas. seperti seluruh udara pun ikut diam tak bergerak kau ajak diam. seburuk apapun suaramu itu, tapi diammu itu selalu membuatku cemas, takut sekali kamu sedang menyembunyikan sakit dari dalam kebisuanmu. diammu itu selalu memaksaku mencari jutaan kalimat untuk memecah bisumu, kesulitan sekali aku mengendalikan diri untuk tak menghampirimu dan menanyakan kenapa kamu harus menyimpan suara, senyuman, dan pelototan yang membuatku ketagihan itu.
dan sisi lain hidupmu yang dekat dengan Peciptamu itu telah menyengat imanku. astaga, betapa hanya karena sesuatu yang telah begitu mengecewakanku, sesuatu yang sebenarnya sengaja ditakdirkanNya padaku tapi aku tak bisa melawan, aku menyerah pada kekalahan untuk tak lagi mengingat lama-lama DIA yang menjagaku setiap perputaran dunia. kamu, datang dengan sisi kedekatan yang tak kau pamer-pamerkan itu, menyilaukan sisi kosongku yang semakin jauh dariNya. seucappun kau tak berusaha menyuruh-nyuruh atau mempengaruhi ku, tapi tahukah kamu, kediamanmu akan itu justru adalah magnet bagiku untuk tertarik dalam area kedekatanmu padaNya.
kau tahu, aku tak berani berada didekatmu lama-lama. tanganku selalu kalah melawan bisikan-bisikan untuk tak menyentuh punggung tanganmu, untuk tak memegang bahumu, aku takut sekali aku dipukul sampai tak sadarkan diri dan jatuh dalam pelukanmu oleh suara-suara yang memenuhi telingaku itu. aku takut kau melepaskanku, menjatuhkanku, padahal aku ini lelaki.
aku ini lelaki. yang selalu ingin memegang janji hanya pada satu hati saja. nyatanya, Tuhan tak menginginkan aku sesempurna itu. saat aku yakin aku menemukan seseorang yang mampu memahamiku sepenuhnya, Tuhan kemudian mengirimkan aku orang lain yang mampu memahamiku sepenuh ibuku merawatku hingga dewasa. Saat aku merasa itu akan menjadi yang terakhir, Tuhan mengirim seseorang yang mampu membuat setiap malamku penuh dengan dia dan saat aku yakin malamku tak akan seindah saat itu, Tuhan mengirimkanmu menemuiku.
kamu, dengan segala keterbatasanmu itu telah meramu sihir apa sehingga membuat aku membalik semua standart wanitaku dalam hidup. kamu dengan segalanya yang begitu pandai kau atur untuk sembunyi atau dipamerkan itu, telah membuatku tak bisa tenang hidup sebagai lelaki sampai aku berhasil mengucap namamu didepan penghulu.
kepada Pencipta yang telah menghadirkan ciptaan terbaiknya dihadapanku, aku selalu tak putus memohon untuk tak menghilangkanmu terlalu cepat dari hidupku. untuk tak lagi mendatangkan orang lain yang akan menggantikanmu lagi. aku ingin berakhir menjadi lelaki setia pada makhluknya yang mampu begitu lihai menyembunyikan sayapnya sepertimu.
dan aku sudah tak mampu lagi bertahan dari sesuatu yang menyesaki dadaku untuk mendiskripsikanmu lebih banyak lagi.